BERBICARALAH BAIK ATAU DIAM
Oleh : Agus Sukaca
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا
يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Siapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti
tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berbicaralah yang baik atau diamlah” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Arti bicara antara
lain pertimbangan pikiran atau pendapat. Padan kata berbicara adalah
berkata, bercakap, berbahasa. Bicara dilakukan dengan menggunakan
bahasa. Bahasa merupakan salah satu dasar hakiki intelegensia manusia
dan merupakan bagian penting dari kebudayaan manusia. Berbicara
merupakan cara mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran seseorang
kepada orang lain dan menggambarkan apa yang ada dalam pikiran
seseorang.
Pusat bicara terletak di Area Broca, sebuah area yang terletak di otak bagian depan (lobus frontalis). Area Broca ini mengolah informasi yang datang dari Area Wernicke (suatu
area di otak yang berperan dalam pemahaman informasi penglihatan dan
pendengaran) menjadi pola yang terinci dan terkoordinasi untuk
vokalisasi, lalu memproyeksikan pola tersebut melalui area pengucapan kata ke korteks motorik (suatu
area yang juga terletak di otak) yang mencetuskan gerakan bibir, lidah,
kerongkongan yang tepat untuk menghasilkan suara.
Kualitas bicara seseorang sangat bergantung kepada: (1) memory
(ingatan), (2) bagaimana ia belajar, dan (3) apa yang dipelajari.
Belajar merupakan proses mendapatkan informasi yang memungkinkan suatu
hal terjadi. Mengingat adalah mempertahankan dan menyimpan informasi
tersebut.
Dari segi fisiologi, memory dibagi menjadi bentuk tersurat dan tersirat. Memori tersurat berhubungan dengan kesadaran sehingga sering disebut sebagai otak sadar. Memori ini terdiri atas: (1) ingatan akan peristiwa (episodic memory), dan (2) ingatan akan kata-kata, peraturan-peraturan, bahasa, dan lain-lain (semantic memory). Memori tersirat tidak berhubungan dengan kesadaran, disebut juga memori refleksif atau otak bawah sadar. Termasuk di sini adalah kemahiran melakukan sesuatu dan kebiasaan.
Kemahiran melakukan sesuatu dan kebiasaan seseorang, pada awalnya berada dalam memori tersurat. Kegiatan mengendarai sepeda motor misalnya, pada awal belajar dilakukan oleh memori tersurat, dan akan menjadi memori tersirat bila telah cukup mahir. Kegiatan seseorang melakukan shalat tahajud secara tidak rutin, dilakukan oleh memori tersurat (otak sadar), dan menjadi memori tersirat
bila telah menjadi kebiasaan setiap malam. Kemahiran dan kebiasaan
biasanya sekali didapat akan menjadi tidak disadari dan otomatis.
Proses pemindahan dari memori tersurat (otak sadar) ke dalam memori tersirat
untuk amalan-amalan yang baik memerlukan perjuangan berat dalam waktu
cukup panjang. Ada ahli yang menyatakan, amalan tersebut harus dilakukan
pengulangan sekurang-kurangnya 90 hari berturut-turut. Membangun
kebiasaan baik ibarat orang mendorong mobil di tempat datar. Berat pada
awalnya, tetapi bila telah mencapai kecepatan tertentu yang diharapkan,
lebih sulit menghentikannya dibandingkan menjaga kecepatannya. Begitulah
karakter kebiasaan, lebih mudah mempertahankan dibandingkan
menghentikannya.
Orang
yang memiliki kebiasaan-kebiasaan baik, ia akan menjadi orang baik.
Kebiasaan belajar, membuat orang pintar. Kebiasaan memberi menjadikannya
dermawan. Kebiasaan selalu bicara baik, menjadikannya orang terpercaya.
Sebaliknya, kebiasaan-kebiasaan tidak baik, akan menjadikan seseorang
menjadi tidak baik. Kebiasaan malas belajar, menjadikannya tetap bodoh.
Kebiasaan sulit memberi, menjadikannya orang pelit. Kebiasaan berbohong,
menjadikannya pendusta dan tidak disukai orang. Pendeknya, kita akan
menjadi apa bergantung dari kebiasaan-kebiasaan yang kita bangun. Pada
awalnya kitalah yang membangun kebiasaan, tetapi selanjutnya
kebiasaanlah yang akan membentuk kita.
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اكْلَفُوا مِنْ
الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ خَيْرَ الْعَمَلِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ
قَلَّ
Rasulullah SAW bersabda:
“Laksanakanlah
oleh kalian amalan semampu kalian, sesungguhnya sebaik-baik amalan
adalah yang dikerjakan terus menerus (menjadi kebiasaan) meskipun sedikit” (HR Ibnu Majah)
Secara
tersirat, hadits di atas memotivasi kita untuk membangun kebiasaan
sedikit demi sedikit. Dalam hal berbicara, Allah memberikan apresiasi
yang sangat tinggi kepada orang-orang yang mampu berbicara baik tanpa
dipikir panjang lagi, sebagaimana terseut dalam Hadits:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رُضْوَانِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا
دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ
اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang
diridhai Allah ’Azza wa Jalla tanpa berpikir panjang, Allah akan
mengangkatnya beberapa derajat dengan kata-katanya itu. Dan seorang
hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir
panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka Jahannam dengan
kata-katanya itu”.(HR Bukhari, Ahmad, dan Malik)
Orang
disebut baik kalau kebiasaan-kebiasaannya baik, termasuk di dalam
berbicara. Kebiasaannya berbicara baik sudah masuk ke dalam memori tersirat
(otak bawah sadar), sehingga tanpa dipikir-pikir panjangpun, yang
keluar dari lisannya selalu baik. Keadaan ini merupakan hasil proses
pembinaan diri jangka panjang. Allah sangat menghargai perjuangan
seseorang membiasaan berbicara baik –yang tentunya diridhai-Nya - dengan
senantiasa meningkatkan derajatnya.
Sebaliknya,
orang yang memiliki kebiasaan berbicara buruk, misalnya suka mencaci,
mencela, mengutuk, berghibah, membicarakan aib sahabatnya, dan
berkata-kata kotor –kata-kata yang membuat murka Allah- ia
telah melakukannya dengan kendali otak bawah sadar. Keadaan seperti ini
terjadi karena ia tidak berusaha menghentikannya dan selalu saja
membiarkan keluar dari lisannya. Orang ini telah mengabaikan perintah
Allah dan Rasul-Nya untuk berbicara baik. Pengabaian yang berulang-ulang
hingga membentuk kebiasaan pada hakekatnya adalah bentuk keingkaran
yang telah terbiasa dilakukannya. Oleh karena itu, Allah menjerumuskan
ke neraka Jahanam dikarenakan kebiasaan ingkarnya tersebut.
Apa
yang dipelajari oleh seseorang melalui penglihatan dan pendengarannya,
membentuk tata nilai yang ia yakini. Tatanilai tersebut membentuk
prosedur baku dalam otak yang berfungsi sebagai processor atas segala masukan informasi penglihatan, pendengaran, dan perasaan hatinya. Keluaran dari processor tersebut berupa kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah, sikap, dan tindakan.
Apabila
seseorang banyak melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang
negatif, maka yang masuk dalam memorinya adalah hal-hal negatif,
tatanilai yang terbentuk dan diyakininya juga menjadi negatif. Akibatnya
ia akan mudah bicara dan bertindak negatif. Hendaknya tidak membiarkan
diri dan keluarga kita melihat dan mendengar hal-hal yang negatif secara
langsung maupun melalui media seperti tv, radio, dunia maya, media
cetak dan sebagainya.
Sebaliknya,
apabila seseorang banyak belajar dengan melihat, mendengar, dan
merasakan hal-hal positif, tatanilai yang terbentuk dan diyakininya
positif. Selanjutnya ia akan mudah berbicara dan bertindak positif.
Hendaknya kita membiasakan diri dan keluarga kita melihat, mendengar,
dan merasakan hal-hal yang positif.
Bila
di hadapan anda disajikan 2 jenis makanan, yang satu berasal dari rumah
makan yang terkenal sehat, bersih dan lezat masakannya, sementara
lainnya berasal dari makanan sisa dari tempat sampah, manakah yang akan
anda pilih? Orang yang sehat akalnya pasti memilih yang pertama. Ia tahu
konsekuensinya makan makanan sisa dari tempat sampah dapat membuat
badannya sakit. Sayangnya, banyak yang memberikan makanan kepada otaknya
berupa informasi-informasi sampah melalui penglihatan, pendengaran, dan
perasaan hatinya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS Al Isra: 36)
Sebagaimana tersebut dalam Hadits yang dikutip pada awal tulisan ini, Rasulullah mempersyaratkan
bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menjaga
lisannya agar ketika megeluarkan kata-kata hanya kata-kata yang baik.
Apabila ada dorongan dari dalam dirinya untuk mengeluarkan kata-kata
yang tidak baik karena sesuatu hal, misalnya sedang marah, dikecewakan
orang, didzalimi orang, atau sebab-sebab lainnya, ia harus menyimpannya
dalam hati dengan diam, meskipun untuk itu ia harus berjuang keras. Itu
semua bisa terjadi karena tatanilai yang tertanam dalam memorinya
melarangnya berkata-kata yang tidak baik dan hanya membolehkan berbicara
yang baik.
Dengan
mengetahui bagaimana proses seseorang memiliki kebiasaan berbicara,
kita jadi lebih mudah memahami konteks Hadits Rasulullah, bahwa orang yang beriman hanya akan bicara baik atau diam.
Rasulullah mengajarkan kita untuk menjaga mulut, organ yang berfungsi mengkomunikasikan apa-apa yang ada dalam pikiran kita.
قَالَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَوَكَّلَ لِي
مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ تَوَكَّلْتُ لَهُ
بِالْجَنَّةِ
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang dapat menjamin untukku lisan dan kemaluannya, aku akan menjamin surga untuknya” (HR Ahmad)
dengan
mengatur bagaimana seharusnya kita berbicara, secara tidak langsung
kita membangun tatanilai yang kita yakini, dan mengatur masukan
informasi apa yang kita berikan ke otak agar berfungsi positif.
Bagaimana bicara baik, dan bicara yang bagaimana yang harus kita hindari sehingga harus diam?
Berbicara baik menurut Rasulullah Muhammad SAW adalah yang:
- · Diiringi dengan senyum
- · Banyak disertai Kalimah Thayyibah
- · Seperlunya
- · Mendahulukan yang lebih tua
- · Perlahan-lahan
- · Merendahkan suara
- · berbohong
- · Banyak bicara
- · Ghibah dan namimah
- · Menceritakan apa saja yang didengar
- · Berkata-kata kotor
- · Suka berdebat
- · Membuat pendengar tertawa dengan sesuatu yang dusta
- · Membuka aib saudara
- · Membuka rahasia yang anda diminta merahasiakan
- · Suka memotong pembicaraan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar