Dakwah dan Pencerahan Ummat

SMP MUTIARA

SMP MUTIARA

Rabu, 19 Maret 2014

Pembantaian “Etnis-Muslim” di Afrika Tengah

| Rabu, 19 Maret 2014
Perserikatan Bangsa bangsa melaporkan bahwasanya sebagian besar umat islam telah meninggalkan Bangui, ibukota Republik Afrika Tengah akibat kekerasan yang dilakukan oleh milisi kristen.
Dikutip oleh Aljazeerah, koordinator urusan kemanusiaan PBB,  Valerie Amos pada konferensi pers pada pada hari jum’at (7/3/14) di Jenewa, Swiss, mengatakan bahwa demografi penduduk di Afrika tengah kini telah berubah, dari sekitar 130 ribu sampai 145 ribu muslim yang tinggal di Bangui ibukota Republika Afrika Tengah tersebut, kini hanya tersisa sekitar 10 ribu umat muslim saja sejak desember tahun lalu.
Kekerasan yang terjadi di Republik Afrika Tengah ini sendiri dilatar belakangi  ketika para pejuang Seleka berhasil mengkudeta Presiden Kristen Francois Bozize yang telah berkuasa sejak 2003 silam, dan mengangkat Michael Djotodia sebagai presiden interim Muslim pertama di negara tersebut pada bulan Desember tahun lalu. Sejak peristiwa tersebut, negara mengalami bentrokan kekerasan antara milisi kristen-anti Balaka dengan para pejuang seleka. Kristen yang menjadi penduduk mayoritas di negara tersebut, menuduh Muslim mendukung para pejuang seleka.
Kekerasan terhadap kaum muslim di negara tersebut semakin meningkat semenjak Catherine Samba-Panza, yang seorang Kristen, berhasil mengambil alih kepemimpinan dan menjadi Presiden interim Republik Afrika Tengah sejak bulan Januari 2014, menggantikan Michael Djotodia yang mundurkan diri. 
Semenjak peralihan kekuasaan tersebut, kekerasan terhadap kaum muslimin semakin meningkat, kaum muslimin dibantai secara sadis dan mengakibatkan populasi muslim di negara tersebut semakin berkurang dan menyusut drastis semenjak 2 bulan terakhir. Sebagian muslimin yang tersisa kini hanya bisa bersembunyi dan melarikan diri ke negara-negara tetangga, sepeti Chad, kamerun, dan lain-lain.
Muhammad Said Ismail, salah seorang pemimpin muslimin di Afrika Tengah meyakinkan kepada Aljazeerah bahwa kini lebih dari 300 mesjid telah dihancurkan, perempuan dan pria dikejar dan dibunuh secara sadis, bahkan dimutilasi dan mayatnya dimakan mentah-mentah oleh para milisi Kristen-Anti Balaka, dan korban tewas dari kekerasan sektarian ini mencapai lebih dari seribu orang.
Sementara Tentara Perancis yang ditugaskan PBB untuk mengamankan negara tersebut dari kerusuhan sektarian yang lebih parah, malah dituding berkonspirasi dalam membantu para milisi Kristen-anti balaka dalam membunuh para muslimin.
Diantara bukti keterlibatan tentara Perancis dalam konspirasi tersebut adalah mempersenjatai para Milisi Kristen-Anti Balaka dan mereka (Tentara Perancis) malah merampas senjata warga muslimin yang sebenarnya digunakan untuk membela diri. Setelah tanpa senjata, Milisi-Milisi Kristen dengan mudah menyerang dan Membantai mereka dengan sadis.
Hal ini bahkan diakui sendiri oleh Menteri Keamanan Afrika Tengah, Jenderal Mahamat Nouradine Adam kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif, yang dilansir pada Senin (23/12). Ia mengatakan, “Perancis kini berpihak kepada milisi kristen anti-Balaka. Mereka menyediakan senjata, makanan, obat-obatan dan seragam. Mereka (milisi kristen anti-Balaka) kini memilki senjata baru”, ujarnya.
Perwakilan dari komunitas Muslim Republik Afrika Tengah (CAR) memberi pasukan Prancis tenggat waktu satu minggu untuk mengakhiri apa yang mereka digambarkan sebagai ”dukungan Perancis” kepada milisi Kristen anti-Balaka.
Mereka mengancam akan menggelar pemberontakan melawan Prancis dan membagi negara itu menjadi utara dan selatan yang memisahkan Muslim dengan Kristen.
Sumber: Aljazeerah, Hidayatullah dan berbagai sumber.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar