Dikutip
oleh Aljazeerah, koordinator urusan kemanusiaan PBB, Valerie Amos pada konferensi pers pada pada
hari jum’at (7/3/14) di Jenewa, Swiss, mengatakan bahwa demografi penduduk di
Afrika tengah kini telah berubah, dari sekitar 130 ribu sampai 145 ribu muslim
yang tinggal di Bangui ibukota Republika Afrika Tengah tersebut, kini hanya
tersisa sekitar 10 ribu umat muslim saja sejak desember tahun lalu.
Kekerasan
yang terjadi di Republik Afrika Tengah ini sendiri dilatar belakangi ketika para pejuang Seleka berhasil
mengkudeta Presiden Kristen Francois Bozize yang telah berkuasa sejak 2003
silam, dan mengangkat Michael Djotodia sebagai presiden interim Muslim pertama
di negara tersebut pada bulan Desember tahun lalu. Sejak peristiwa tersebut,
negara mengalami bentrokan kekerasan antara milisi kristen-anti Balaka dengan
para pejuang seleka. Kristen yang menjadi penduduk mayoritas di negara
tersebut, menuduh Muslim mendukung para pejuang seleka.
Kekerasan
terhadap kaum muslim di negara tersebut semakin meningkat semenjak Catherine
Samba-Panza, yang seorang Kristen, berhasil mengambil alih kepemimpinan dan
menjadi Presiden interim Republik Afrika Tengah sejak bulan Januari 2014,
menggantikan Michael Djotodia yang mundurkan diri.
Semenjak
peralihan kekuasaan tersebut, kekerasan terhadap kaum muslimin semakin
meningkat, kaum muslimin dibantai secara sadis dan mengakibatkan populasi
muslim di negara tersebut semakin berkurang dan menyusut drastis semenjak 2
bulan terakhir. Sebagian muslimin yang tersisa kini hanya bisa bersembunyi dan
melarikan diri ke negara-negara tetangga, sepeti Chad, kamerun, dan lain-lain.
Muhammad
Said Ismail, salah seorang pemimpin muslimin di Afrika Tengah meyakinkan kepada
Aljazeerah bahwa kini lebih dari 300 mesjid telah dihancurkan, perempuan dan
pria dikejar dan dibunuh secara sadis, bahkan dimutilasi dan mayatnya dimakan
mentah-mentah oleh para milisi Kristen-Anti Balaka, dan korban tewas dari
kekerasan sektarian ini mencapai lebih dari seribu orang.
Sementara
Tentara Perancis yang ditugaskan PBB untuk mengamankan negara tersebut dari
kerusuhan sektarian yang lebih parah, malah dituding berkonspirasi dalam
membantu para milisi Kristen-anti balaka dalam membunuh para muslimin.
Diantara
bukti keterlibatan tentara Perancis dalam konspirasi tersebut adalah mempersenjatai
para Milisi Kristen-Anti Balaka dan mereka (Tentara Perancis) malah merampas
senjata warga muslimin yang sebenarnya digunakan untuk membela diri. Setelah
tanpa senjata, Milisi-Milisi Kristen dengan mudah menyerang dan Membantai
mereka dengan sadis.
Hal ini bahkan diakui sendiri oleh Menteri
Keamanan Afrika Tengah, Jenderal Mahamat Nouradine Adam kepada Anadolu Agency
dalam sebuah wawancara eksklusif, yang dilansir pada Senin (23/12). Ia
mengatakan, “Perancis kini berpihak kepada milisi kristen anti-Balaka. Mereka
menyediakan senjata, makanan, obat-obatan dan seragam. Mereka (milisi kristen
anti-Balaka) kini memilki senjata baru”, ujarnya.
Perwakilan dari komunitas Muslim Republik Afrika
Tengah (CAR) memberi pasukan Prancis tenggat waktu satu minggu untuk mengakhiri
apa yang mereka digambarkan sebagai ”dukungan Perancis” kepada milisi Kristen
anti-Balaka.
Mereka mengancam akan menggelar pemberontakan
melawan Prancis dan membagi negara itu menjadi utara dan selatan yang memisahkan
Muslim dengan Kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar